Berani Mencintai Harus Berani Menikahi
“Saya belum pernah
melihat solusi untuk dua orang yang saling jatuh cinta, selain nikah” (HR. Ibnu
Majah 1847, Mushannaf Ibn Abi Syaibah 15915 dan dishahihkan Al-Albani).
Jatuh
cinta, mencintai dan dicintai sudahlah menjadi fitrah untuk semua insan manusia.
Namuna kita insan manusia tak berdaya dengan keimanan rata-rata, sehingga mudah
bagi syaitan untuk menggoda kemudian menjerumuskan kita menuju jurang
kenistaan. Membuat satu hal yang haram, dibungkus indah dengan kenikmatan dunia
serta dihiasi akan luapan nafsu manusia. Hingga jatuh cinta tidak lagi menjadi
fitrah melainkan tumbuh dan berbuah menjadi fitnah dunia.
Bukti
fitrah ini dijelaskan dalam salah satu surat Al-qur’an mengenai bagaimana
kecintaan manusia terhadap lawan jenis, kendaraan, harta, dan tahta. Namun,
apabila tidak diarahkan dengan benar maka kita tidak akan tahu bagaima fitrah
itu. apakah akan tetap menjadi fitrah atau malah berubah menjadi fitrah. Dalam hal
demikian, islam memberikan solusi untuk permasalahan ini agar kita insan
manusia tidak sembarangan dalam menyalurkan cinta atau syahwatnya. Islam memberikan
jalan yang lurus untuk kemudian merubah yang haram menjadi halal dan yang biasa
menjadi berpahala. Jalan itu adalah sebuah hubungan pernikahan yang sah.
Maka
dari itu ikhwanifillah, janganlah
kita menjadi manusia yang penakut. Apalagi jika ketakutan kita adalah persoalan
cinta. 2 penyakit yang seringkali diidap beberapa ikhwan diantara kita saat ini
adalah cinta dunia takut mati dan cinta wanita takut menikahi. Padahal seharusnya
jika memang kita merasa cinta itu memang benar adanya, maka langkah pasti
adalah siap untuk menikahinya.
Berani
menikahi dalam konteks ini bukan dengan cara pacaran dengan mengatasnamakan taaruf
sebagai kambing hitamnya. Padahal antara pacaran dan taaruf jauh berbeda,
taaruf adalah berkomitmen untuk siap menikahi dalam waktu dekat bukan malah
mengundur pernikahan sehingga terjadi khalwat antara kedua insan manusia. Banyak
sekali pemuda dan pemudia sekarang ini yang hubungannya sebenarnya adalah
pacaran, namun mengatas namakan taaruf.
Bukanakh
setiap manusia menginginkan sebuah bukti bukan hanya janji. Jika kita jatuh
cinta dan ingin membuktikan cinta, pastilah pilihan adalah dengan melakukan
hal-hal yang dicintai atau disukai oleh yang kita cintai dan juga menjauhi
serta meninggalkan segala sesuatu yang tidak disukai yang kita cintai. Karena memang
begitulah cinta, tetapi cinta tidak pernah meminta pengorbanan. Karena cinta
itu tulus dan ikhlas, jika meminta pengorbanan maka itu bukan cinta.
Maka
sebuah bukti jika kita mencintai Allah SWT adalah dengan menjalankan perintah
dan menjuhi segala larang-Nya. Jika kita meras mencintai Rasulullah Saw, tentu
dibuktikan dengan senantiasa menjalankan sunnah dan berusaha meneladani sikap
dan prilaku beliau. Dan jika kita merasa mencintai lawan jenis adalah dengan
menikahinya, bukan dengan menjalani hubungan yang belum pasti.
Sungguh
Allah tidak pernah melarang insan manusia untuk jatuh cinta, mencintai dan
dicintai, akan Allah melarang insan manusia menyalurkan hawa nafsu dan syahwat
dengan cara yang lain. Karena islam memberikan solusi dan mengajarkan cara yang
tepat yakni dengan taaruf lalu menikah. Kenapa menikah? Karena dengan menikah,
dua insan manusia disatukan dalam satu atap untuk kemudian berjalan
berdampingan mengaharapkan ridha Ilahi. Menikah itu menghalalkan yang haram dan
berbuah pahala.
Maka
jika kita merasa bahwa perasaan yang timbul dalam hati adalah cinta, pilihannya
adalah nikahilah ia atau tinggalkan tanpa memberikan harapan. Karena jika hanya
memberikan harapan, akan menyakiti hati seorang wanita. Jangan sampai kita
biarkan cinta kita curahkan dan jalani pada jalur yang salah, karena akan
menyeret kita, orangtua kita, dia yang
kita cintai dan keluarganya akan terseret dalam jurang kenistaan yang sama. Maka
bila cinta didada, jemputlah ia dengan niat dan cara yang baik dan dianjurkan
Islam.
Kesimpulannya
adalah walaupun menikah dan mencintai itu adalah sebuah pilihan. Akan tetapi
pilihan itu akan menentukan bagaimana kehidupan kita kedepannya nanti, apakah
akan hidup dalam penuh gemerlap keberkahan ataukah dalam kebahagiaan sementara
yang terbungkus rapi dengan syahwat. Ingatlah, jika kita menjemput jodoh dengan
cara yang baik maka Allah akan memberikan jodoh itu dengan cara yang baik pula.
Dan begitu pula sebaliknya.
Wallahua’lam….. sekian sedikit ulasan
mengenai berani mencintai harus berani menikahi. Semoga memberikan ilmu,
manfaat dan keberkahan bagi penulis dan pembaca. Dan semoga kita semua bisa
mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya dan menemukan jodoh terbaik.
Autor:
Assadli
Belum ada Komentar untuk "Berani Mencintai Harus Berani Menikahi"
Posting Komentar