Sekufu Dalam Mencari Pasangan
Dalam
sebuah hadist dipaparkan secara mendetail bagaimana kriteria untuk mencari
pasangan hidup. Kenapa agama sangat menekankan untuk menjadikan hadis ini
sebagai tolak ukur untuk mencari pasangan adalah karena dalam sebuah pernikahan
memiliki tujuan dan visi yang sama yakni untuk mencari ridha Allah SWT. Bahkan dalam
Al-Qur’an juga dijelaskan serta ditegaskan bahwa masalah pernikah ini bukanlah
persoalan main-main, melainkan sebuah perjanjian yang disetarakan dengan
perjanjian yang nyata.
Dimana
dalam bahasa arab, pasangan dimaknai sebagai “anfus”. Karena sangat suci dan penting maka dalam kosa kata
demikian inilah disebutkan menjadi sesuatu yang sangat sakral. Betapa tidak,
kata anfus hanya disandingkan dengan perjanjian Allah dengan para Ulul Azmi untuk tetap teguh dalam
menyebarkan ajaran Allah, kemudian perjanjian Allah dengan kaum Bani Israel
yang bahkan Allah mengangkat gunung sebagai simbol perjanjian itu, dan terakhir
adalah dalam bahasa pasangan hidup.
Untuk
sahabat yang belum mengetahui bahwa persoalan mengenai pasangan adalah syari’at
yang pertama kali dilakukan dalam penciptaan manusia. Ketika itu, nabi Adam
masih di surga kemudian diciptakanlah ibunda Siti Hawa dari dalam diri nabi
Adam. Penciptaan ibunda Siti Hawa ini kemudian diibaratkan bahwa wanita itu
diciptakan dari tulang rusuk dalam sebuah hadist. Pembahasan mengenai ini akan
dibahas pada artikel selanjutnya, kenapa wanita diciptakan dari tulang rusuk.
Kembali
ke pembahasan awal mengenai pasangan.
Rasullah
Saw bersabda dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam, beliau bersabda: “Perempuan
itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya,
kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama
niscaya kamu bahagia.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Bisa
dilihat sendiri, walaupun Rasulullah memberikan kriteria mengenai harta,
keturunan, dan paras. Namun Rasulullah lebih menekankan pada point terakhir
yakni mengenai agamanya. Karena tujuan utama dari menikah adalah mendapatkan
ridha Allah SWT, penekanan agama juga bermaksud bahwa sekufu atau setara dalam
hal agama menjadi hal yang paling utama.
Sekufu
dalam hal aqidah dan muamalah menjadi point yang paling ditekankan, namun sekufu
dalam hal yang lain seperti keturunan, paras, dan kekayaan. Penekanan masalah
agama adalah sesuatu yang seringkali disebutkan dalam Al-Qur’an. Misalnya dalam
surat Al-baqarah: 221, An-Nur: 26, An-Nisa’: 34.
“Dan janganlah kamu nikahi
wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang
Mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun ia menarik hatimu … .” (QS. Al
Baqarah : 221)
“Wanita-wanita yang keji adalah
untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita
yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik,
dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula) … .” (QS.
An Nur : 26)
“Maka wanita-wanita yang shalihah
ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara dirinya, oleh karena itu Allah
memelihara mereka.” (QS. An Nisa’ : 34)
Boleh-boleh
saja mencari yang cantik, kaya, dan keturunan bangsawan. Akan tetapi tetap
pertimbangkan masalah sekufu atau setara atau tidak jika bersanding dengan
sahabat. Apabila sahabat tetap ingin memilih kriteria yang lain, maka sahabat
harus siap secara mental. Karena ditakutkan nanti akan menjadi perbincangan
ketika sahabat melakukan kesalahan (semoga saja tidak).
Misalnya
istri lulusan S2 dengan suaminya hanya lulusan SMA. Alhamdulillah jika diantara
keduanya ada kesetaraan dan pengetahuan agama sehingga jika terjadi kesalahan,
maka masalah sekufu tidak akan dibahas dan akhirnya kekhawatiran agama dalam
konteks sekufu bukan lagi menjadi persoalan. Namun akan berbeda jika
kekhawatiran agama terjadi, sehingga merusak keharmonisan dala rumah tangga
sahabat. Ketika sahabat melakukan kesalahan, lalu kemudian menjadi sebuah
persoalan bagi sang istri dan berucap “kamu tuh mas ya, kalau bukan aku yang
ngerawat kamu udah jadi gelandangan”. Na’udzubillah,
semoga saja hal demikian tidak terjadi dalam kehidupan saya dan sahabat pembaca
semua.
Karena
itulah pentingnya sekufu dalam mencari pasangan. Oleh karenanya, sebuah tips
sederhana untuk yang mencari pasangan dengan tetap menjadikan hadist pertama
tadi sebagai tolak ukur. Seleksi dahulu dari kriteria pertama yakni cantik. Lolos
atau tidak maka kriteria selanjutnya haruslah tetap dilanjutkan yakni masalah
keturunan, kemudian harta dan terakhir agama. Apabila dari ketiga kriteria
pertama lolos, maka tekankan lebih pada soal agamanya, jika tidak lolos maka
ada alasan untuk menolaknya. Karena tolak ukur utamanya adalah agama.
Lalu
bagaimana dengan mereka yang cantik (tampan), kaya, keturunan bangsawan namun
bukan muslim? Maka pertimbangkanlah hal demikian, karena jika pasanganmu tidak
sekufu dalam agama lalu anakmu nanti mau dibawa kemana? Siapa yang akan
membimbingmu menjadi peraih surga? Siapa yang akan mendampingimu beribadah? Ketika
mendapat undangan menghadiri perayaan keagamaan mertua yang berbeda keyakinan,
lalu apa yang akan kamu lakukan?
Pertanyaan-pertanyaan
tersebut sudah saya rasa cukup untuk dijadikan sebuah pertimbangan. Bukankah sebuah
kapal akan sampai ketujuannya jika penumpang dan nakhoda memiliki tujuan yang
sama? Jangan sesekali sahabat berkata bahwa masalah agama bukan hal yang
penting, karena agama adalah bagaimana memandang hidup, mati, hidup setelah
mati, mahluk hidup dan mahluk mati yang ada disekitar kita. Walaupun Al-Qur’an
mencatat bahwa dua wanita terbaik adalah Siti Maryam dan Asiyah dengan latar
belakang berbeda. Siti Maryam menjadi wanita terbaik walaupun mempunyai anak
tanpa suami, lalu Asiyah wanita terbaik walaupun suaminya adalah seorang raja
yang menganggap dirinya Tuhan. Bagi mereka memang tidak penting, tetapi kita
yang diberikan koridor sebagai tolak ukur haruslah tetap dalam koridor agar
tidak jatuh dan tersesat.
Autor: Assadli
Belum ada Komentar untuk "Sekufu Dalam Mencari Pasangan"
Posting Komentar