Aku, Buku dan Secangkir Kopi Kapal Api
Mungkin tidak bisa dikatakan bahwa aku adalah seorang penulis sejati, karena hanya menulis sesuai dengan suasana hati. Artinya ketika suasana mendukung bisa menulis hingga 3 hingga 5 kontent dalam sehari. Tetapi kembali lagi, karena penulis yang sebenarnya adalah mereka-mereka yang mampu mengontrol mood-nya bukan malah sebaliknya layaknya aku. Kadang tepikir olehku “kapan akan bisa menjadi penulis sejati, sedangkan mood masih saja selalu menjadi problemnya”. Dalam blog ini aku pernah menulis sebuah renungan untuk diri mengenai penulis, aku beri judul Jangan Panggil Aku Penulis.
Aku hanya butiran debu diantara para penulis, begitulah yang dirasakan ketika bisa satu ruangan dengan orang-orang hebat. Mereka punya banyak karya, buku, novel bahkan hingga tulisan-tulisannya yang hampir tiap hari dimuat di media. Sedang aku, hanyalah sekedar aku yang bermimpi besar tapi masih menjadi budak mood. Namun dari sisi lain, ada gejolak membara untuk bisa menjadi seperti mereka bahkan menginginkan lebih dari mereka. Maka mulai hari itu telah aku ukir pasti dalam hati dan pikiran bahwa jika mereka mampu kenapa aku tidak. Salah satu cara yang mulai aku terapkan adalah dengan mencoba mengkonsumsi banyak buku bacaan.
Kenapa hal ini menjadi pilihan untuk menentukan langkah pertamaku? Karena aku ketika itu teringat sebuah ungkapan bahwa “penulis yang baik adalah seorang pembaca yang baik”. Tetapi yang menjadi masalahnya adalah aku tipe orang yang mudah sekali gagal fokus. Ketika sedang sangat konsen kemudian diganggu maka bisa buyar (bubar) semua.
Kalau sudah begitu, maka sulit untuk mengembalikan konsentrasi. Caraku mengatasinya ketika membaca buku adalah dengan ditemani secangkir inspirasi dari Kopi Kapal Api. Sebenarnya bukan ketika membaca buku saja, karen #KapalApiPunyaCerita terutama ketika hari-hari sibuk mulai melanda. Entah deadline kerjaan, menumpuknya pekerjaan, hingga membutuhkan inspirasi untuk mengerjakan sesuatu. Oh ya, aku ini suka sekali desain grafis menggunakan CorelDraw jadi secangkir kopi inspirasi dari Kapal Api tidak bisa lepas dari sisi.
Kapal Api selalu mengisi keranjang belanjaan ketika berkunjung ke minimarket atau warung swalayan. Kopi Kapal Api Jelas Lebih Enak dari beberapa pilihan lain, karena rasanya pas di lidah. Yang aku sukai dari produk ini adalah disediakannya bubuk kopi instan tanpa tambahan gula, sehingga kita bisa menentukan sendiri seberapa manis kopi yang akan dikonsumsi. Untuk yang tidak boleh mengkonsumsi banyak gula, maka Kopi Kapal Api aku rasa bisa dijadikan alternatif terutama untuk para pecinta kopi. Ada banyak varian sehingga kita bisa memilih mana yang pas menurut kita, mudah bukan?
Oh ya, kembali ke masalahku tadi tentang ingin menjadi seorang penulis. Aku adalah seorang mahasiswa di salah satu Univeritas Negeri di Jawa Timur, dengan jurusan Teknik Elektro. Banyak orang yang beranggapan bahwa seharusnya dulu aku mengambil ilmu komunikasi atau sastra, karena hampir rata-rata postingan dan tulisanku di facebook berbau puisi atau opini. Tetapi aku menepis semua anggapan tersebut dengan menunjukan beberapa penulis besar dengan latar belakang orang eksak artinya bukan dari sastra, namun berhasil meniti karir serta mengangkat namanya dalam ranah nasional hingga international.
Tidak hanya tulisanku saja yang membuat banyak orang beranggapan demikian, tetapi pekerjaan sampingan juga masih tetap dalam ranah menulis. Ya, tidak bisa dipungkiri memang kalau pekerjaan sampinganku adalah seorang Content Writer dan hampir setiap hari selalu ada pesanan yang masuk keranjang. Alhamdulillah masih ada yang mempercayakan untuk mengisi blog/websitenya dengan tulisan-tulisanku. Seorang mahasiswa dengan kesibukan organisasi dan tugas kuliah, Content Writer dengan tuntutan menulis banyak hal maka buku serta bacaan-bacaan selalu menjadi hal yang tidak bisa terpisahkan. Oleh karenanya Aku, Buku dan Kopi Kapal Api adalah sebuah kombinasi sempurna kataku.
Butuh refrensi maka buku solusinya, butuh inspirasi maka secangkir Kopi Kapal Api pemecah masalahnya. Kenapa kopi menjadi pilihannya? Aku pernah membaca tulisan yang mengatakan bahwa kopi bisa meningkatkan konsentrasi, maka cara ini aku coba dan alhamdulillah bisa menjadi pemecah masalah konsentrasi. Tambahan sedikit, sekarang kan lagi musim hujan tuh. Nah, hujan-hujan daripada terjebak kenangan dan kedinginan maka cobalah konsumsi kopi sebagai penghangat tubuh dan lebih enak lagi kalau ada gorengan.
Sayapun demikian... Setiap hari harus mengeluarkan setidaknya 3 sampai 10 artikel dalam sehari. baik untuk di terbitkan sendiri maupun untuk di Kirim ke pemesan..
BalasHapusSetiap saya menulis pasti ditemani secangkir kopi Kapal Api dan untuk saat ini pun yaitu ketika saya berkomentar pada blog anda, saya Sedang menikmati secangkir kopi bersama Asap rokok... BTW Artikel ini Menyentuh aktivitas Q. Good
Sepertinya penulis dan kopi itu ibarat amplop sama perangko selalu klop dan cocok untuk disandingkan. Hehe.
BalasHapusAku juga suka banget baca/nulis sambil minum kopi, by the way baca tulisan kakak, jadi ingat novel favoritku "Aku, Buku, dan Sepotong Sajak Cinta" karya Muhidin Dahlan ^^
BalasHapushaha... aku aja baru tahu ada novel judulnya kek gitu.. mungkin karena bukan penikmat buku fiksi kali yak
HapusSeru banget nulis sambil ngopi,kalo aku biasanya klo lgi ad kopinya, malah nulisnya jdi nmor dua. Ngopi nya yg jdi utama. Haha
BalasHapusAku lama meninggalkan per-kopi-an. Apalagi setelah hamil dan menyusui. Jaman kuliah setiap pagi ngopi. Sekarang sedikit2 ajah hehehe
BalasHapusaku juga suka kopi kapal api... rasanya khas sekali..
BalasHapusSo inspiring gan, btw, agan dapet endorse dari kapal api? :v
BalasHapus