Aku dan Para Perusak Citra Islam
Ilhamsadli.com,- Dari Abu Hurairah r.a, Nabi Saw bersabda: “sesungguhnya Allah membenci untuk kalian qiila wa qoola (katanya katanya), banyak bertanya (meminta), dan menyia-nyiakan harta”
Kian lama, citra Islam dimata manusia menjadi rusak. Menjadi sebuah kekhawatiran adalah berubahnya persepsi banyak orang mengenai Islam yang sebenarnya, mulai memudarnya ungkapan “Islam Rahmatan Lil Alamiin”. Di Nusantara juga sudah mulai menjangkit persepsi bahwa Islam itu kejam, Islam itu radikal, Islam itu begini dan begitu, dan semuanya menjadi persepsi yang negatif. Kerusakan-kerusakan kecil seperti ini disebabkan oleh ulah dan tingkah manusia, pengikisan citra baik Islam ini perlahan akan menjadi sebuah kerusakan dan awal kehancuran Islam.
Kian lama, citra Islam dimata manusia menjadi rusak. Menjadi sebuah kekhawatiran adalah berubahnya persepsi banyak orang mengenai Islam yang sebenarnya, mulai memudarnya ungkapan “Islam Rahmatan Lil Alamiin”. Di Nusantara juga sudah mulai menjangkit persepsi bahwa Islam itu kejam, Islam itu radikal, Islam itu begini dan begitu, dan semuanya menjadi persepsi yang negatif. Kerusakan-kerusakan kecil seperti ini disebabkan oleh ulah dan tingkah manusia, pengikisan citra baik Islam ini perlahan akan menjadi sebuah kerusakan dan awal kehancuran Islam.
Islam seumpama sebuah kapal laut yang membawa penumpang ke sebuah pulau yang indah. Kerusakan citra ini kita ibaratkan lubang kecil pada kapal. Jika tetap didiamkan, maka kerusakan kecil tersebut akan menjadi besar kemudian bisa menenggelamkan kapal beserta penumpangnya. Ketidak pedulian seperti perumpamaan yang disampaikan tadi akan menjadi kerusakan islam secara perlahan namun pasti. Jika tidak segera ditaggapi, maka akan menjadi duri dalam daging yang kian lama akan membuat daging membusuk perlahan.
Siapa Aku?
Kadang
terpikirkan olehku, siapakah yang menjadi penyebab kerusakan citra
islam ini? Apakah aku dan siapakah aku yang telah berani merusak citra
islam. Aku hanya buih di lautan, yang terombang-ambing terbawa hembusan
angin. Karena memang sungguh kecil dan kerdilnya aku diantara kebesaran
islam. Aku hanya manusia yang beruntung telah terlahir dianatara
keluarga muslim, lalu bagaimana jadinya jika dahulu aku terlahir bukan
di kalangan muslim. Sungguh tidak akan terbayang bagaimana jadinya.
Terkadang
aku cemburu pada mereka yang berjuang mati-matian demi kejayaan islam,
namun aku hanya terdiam tak banyak bicara. Aku cemburu pada mereka yang
begitu bersemangat dalam beribadah, sedangkan aku hanya memiliki
semangat sekedarnya saja. Lalu terpikir olehku, mungkinkah aku salah
satu orang yang menjadi perusak citra islam.
Siapa Sebenarnya Perusak Citra Islam?
Seperti
yang diterangkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a
mengenai apa-apa yang dibenci Allah untuk dilakukan oleh manusia. Bisa
dijelaskan bahwa dibenci oleh Allah adalah yang mengatakan sesuatu namun
sumbernya masih belum jelas, kemudian banyak bertanya, dan
menyia-nyiakan harta. Berikut ini adalah siapa-siapa yang menjadi
perusak citra islam yang sebenarnya.
Aku Yang Berkata Tanpa Sumber Pasti
Berkata
tanpa sumber yang pasti atau dalam bahasa sederhananya adalah
menyebarkan berita hoax. Fakta mengejutkan yang dijumpai dibanyak sosial
media adalah banyak serta mudahnya tersebar berita hoax, hal ini
disebabkan oleh kurangnya kebiasaan membaca dahulu baru menyebarkan
berita. Media, adalah salah satu sumber informasi terkini dan terdepan
pada masa sekarang ini terutama media sosial. Tidak bisa dipungkiri
bahwasanya hampir semua kalangan masyarakat beragama islam maupun
nonislam memiliki media sosial. Hal inilah kemudian menjadi pemicu besar
serta celah yang begitu jelas untuk masuknya kabar-kabar tanpa sumber
terpercaya. Ditambah lagi dengan kebiasaan masyarakat yang menyebarkan
informasi tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Celah inilah yang
digunakan oleh para pembenci islam sebagai salah satu pintu perusaknya
citra islam dimata masyarakat bahkan citranya di seluruh dunia.
Dari
berita-berita hoax inilah kemudian akan menimbulakn perpecaha umat,
karena media massa yang mulai mengadu domba antar golongan. Jika sudah
menjadi budak media seperti ini, maka kehancuran suatu golongan hanyalah
tinggal menunggu massa kecuali dilakukan gerakan pencegahan penyebar
luasan virus ini. Sebagai umat islam yang dibekali 2 tuntunan nyata,
seharusnya kita sudah bisa mencairkan suasana serta mampu memilih dan
memilah kabar. Tidak lupa pula, tentunya memperkuat akidah dan banyak
mempelajari 2 tuntunan utama umat islam.
Imam Nawawi berpesan dalam kitab Riyadhushalihin (276) “Ketahuilah
bahwa sudah selayaknya bagi setiap orang yang mukallaf untuk menjaga
lisannya dari seluruh ucapan kecuali ucapan yang tampak padanya suatu
kemashlahatan. Maka kapan saja berucap dan meninggalkan ucapan itu sama
kemashlahatannya, maka yang sunnah adalah menahan diri dari berucap.
Dikarenakan, ucapan yang mubah kadang-kadang mendorong kepada yang haram
atau makruh. Dan yang demikian itu banyak di dalam kebiasaan, sementara
keselamatan itu tidak bisa ditandingi oleh sesuatupun.”
Untuk
mencegah menyebarluasnya kerusakan citra islam ini, para ulama di
indonesia menggunakan media sosial sebagai salah satu solusi. Misalnya
saja, beberapa da’i kondang indonesia melakukan investasi untuk membuat
media sendiri dengan harapan berkurangnya persepsi negatif masyarakat
terhadap umat islam. Apakah aku adalah seorang seperti ini? Mari kita
tanyakan pada diri pribadi.
Aku Yang Banyak Bertanya Namun Tak Memberi Manfaat
Selanjutnya perusak citra islam adalah aku yang terlalu sering bertanya namun tak memberikan manfaat samasekali baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Ada beberapa tipe orang bertanya. Pertama, aku yang bertanya karena memang ketidak tahuan. Kedua, aku yang bertanya padahal sudah tahu namun hanya bermaksud untuk menguji sejauh mana kemampuan dan pengetahuan seseorang.
Jika diibaratkan, maka sebenarnya pertanyaan yang sebenarnya sudah diketahui dan jelas jawabannya hanya mengandung unsur kesia-siaan. Hal inilah yang kemudian menjadi tolak ukur siapa sebenarnya perusak citra islam. Betapa tidak, ketika mempertanyakan sesuatu yang sudah jelas, tentunya persepsi seseorang terhadap penanya akan berubah. Coba renungkan dahulu sebelum berkata maupun melakukan sebuah tindakan, apakah akan memberikan manfaat atau malah sia-sia. Maka ingatlah pesan Rasulallah Saw mengenai anjuran beliau pada umatnya untuk menjauhkan diri dari sesuatu yang tidak memberikan manfaat.
Jika diibaratkan, maka sebenarnya pertanyaan yang sebenarnya sudah diketahui dan jelas jawabannya hanya mengandung unsur kesia-siaan. Hal inilah yang kemudian menjadi tolak ukur siapa sebenarnya perusak citra islam. Betapa tidak, ketika mempertanyakan sesuatu yang sudah jelas, tentunya persepsi seseorang terhadap penanya akan berubah. Coba renungkan dahulu sebelum berkata maupun melakukan sebuah tindakan, apakah akan memberikan manfaat atau malah sia-sia. Maka ingatlah pesan Rasulallah Saw mengenai anjuran beliau pada umatnya untuk menjauhkan diri dari sesuatu yang tidak memberikan manfaat.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadist riwayat At-Turmudzi.
“Termasuk diantara kebaikan keIslaman seseorang adalah dia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.” (H.R At-Turmudzi)
“Termasuk diantara kebaikan keIslaman seseorang adalah dia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.” (H.R At-Turmudzi)
Bersambung dengan perkara yang petama mengenai informasi yang belum jelas sumbernya, bahwa sebenarnya Rasulallah sudah terlebih dahulu melarang untuk menceritakan sesuatu yang didengar tanpa ada sumber informas yang jelas. Karena hal ini bisa saja menjadi salah satu penyebab hancurnya tai persaudaraan dan persahabatan. Seperti yang diungkapka dalam sebuah kalimat bahwa lisan itu lebih berbahaya daripada pedang. Allah SWT menganugerahkan dua pendengaran dengan satu lisan, agar lebih banyak mendengar daripada banyak berbicara, karena sedikit saja informasi yang keliru bisa menjadi hal menghebohkan.
“cukuplah dosa bagi seseorang, dia menceritakan segala perkara yang telah ia dengar.” (H.R Muslim)
Daripada melakukan sesuatu yang sia-sia dan tidak memberikan manfaat, ada baiknya pergunakan waktu dan tenaga untuk melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat. Karena orang-orang seperti inilah yang perlahan merusak citra islam.
Aku Yang Hanya Diam Melihat Apa Yang Terjadi
Perusak citra islam selanjutnya adalah aku yang hanya bisa diam melihat dan memperhatikan apa yang terjadi. Ali bin Abi Thalib pernah berpesan bahwa “kezhaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang-orang jahat. Tapi karenna diamnya orang baik”.
Diamnya orang baik akan dimanfaatkan oleh mereka yang sebenarnya berniat untuk menghancurkan peradaban Islam. Langkah awal penghancuran peradaban islam adalah dengan merusak citranya dahulu, karena mereka sudah tahu sangat sulit untuk menghancurkan peradaban Islam secara terang-terangan. Maka peradaban Islam pun dihancurkan dengan beberapa hal yang dikemas sedemikian rupa, sehingga mampu untuk menarik perhatian umat islam sehingga perlahan umat islam akan melangkah meninggalkan jalan yang sesuai tuntunan.
Mereka para perusak citra islam tertawa jahat diluar sana, sedangkan aku dan segolongan orang-orang islam hanya bisa berdebat satu sama lain hanya karena suatu perkara yang dipanas-panasi oleh mereka. Saling membabi buta antar sesama, padahal pada hakikatnya semua umat islam bersaudara. Diamnya orang baik akan kalah dengan banyak bertindaknya orang tidak baik, sehingga dikemudian harinya orang baik akan tunduk dan patuh pada mereka yang tidak baik. Hal inilah yang lebih ditakutkan oleh baginda Rasulallah Saw daripada kiamat. Karena dengan kehancuran peradaban, sudah bisa dipastikan bahwa umat islam akan menjadi bahan bakar di dalam api neraka.
Oleh karenanya, sebagai umat islam yang berilmu sebaiknya lebih banyak untuk mengingat pesan dari sang pecinta sejati yakni Rasulallah. Karena beliau lebih menghawatirkan umatnya walaupuan ajal akan datang menjemputnya.
Aku Yang Tak Mahu Tahu Urusan Agama
Aku yang tidak mahu tahu mengenai urusan agama ataupu problematika apa yang sedang menjadi bahan perbincangan menyangkut agama adalah salah satu perusak citra islam. Mengapa demikian? Karena pada dasarnya umat islam adalah umat islam yang memiliki kesadaran dan tingkat kemanusiaan tinggi. Sungguh sangat tidak pantas apabila iya yang dididika sejak dini mengenai kemanusiaan malah menjadi tak peduli dengan agama. Padahal, mereka yang berjalan dijalan agamanya akan terselamatkan dan tentunya akan mendapat pertolongan selalu dari Sang Maha Penolong. Analogi sederhana ini menjadi perandaian bahwasanya sangat penting untuk memilik rasa memiliki dan kepedulian dengan urusan agama.
Seperti yang terjadi baru-baru ini, ketika salah satu oknum menggunakan agama sebagai politik. Hal ini sebenarnya sudah menyalahi aturan, bukakah setiap agama memiliki kewajiban dan aturan sendiri? Lalu kenapa masih saja ada mereka yang tidak tahu menahu malah menjadi sok tahu. Tingkah dan tindak tanduk demikian akan menggerogoti persatuan umat secara perlahan kemudian menjadi keropos hingga yang terlihat merusak peradabah itu bukanlah dari pihak luar, melainkan orang dalam sendiri.
Kalau menurut saya, nggosip itu tindakan yang Tercela.
BalasHapusKarena ngomonngin keburungan orang di belakang orang itu.