Setelah Pertemuan, Dialah Sang Murabbi
Malam itu, gema halilintar serta rinai hujan saksi pertemuan kami. Ya, setelah sekian lama ingin jumpa beliau, akhirnya dipertemukan ketika berada di kampung halaman. Sungguh riang rasanya hati, berjumpa dengan seseorang ulama yang cerdas serta bersaja. Bukankah kumbang bahagia bila bertemu sari bunga, maka seorang pemuja bahagia pula bertemu dengan sang pujaan. Bila banyak diantaranya bahagia bertemu publik figur maka seorang yang ingin ilmu bahagia bertemu sang Murabbi.
Dinatara banyaknya perdebatan mengenai muamalah, beliau muncul sebagai penengah. Dinatara banyak yang mulai berfatwa seakan mengerti banyak hal, beliau muncul mengarahkan lalu mengajak untuk senantiasa bermuhadabah. Gerakan-gerakan cantiknya membumikan Al-Qur'an menarik perhatian banyak pihak. Ya, beliaulah seorang Hafidz dengan luasanya penhetahuan.
Jika banyak orang mulai kagum setelah pertemuan, maka saya pertama kagum karena sahajanya, luasnya ilmu serta kecerdasanya dalam memahami kandungan Al-Qur'an. Awalnya memanh saya tidak terlalu tertarik dengan seseorang yang berdakwah melalui media, karena banyak sekali yang tak berilmu kemudian dipermak seakan tahu banyak hal. Ketertarikan itu muncul ketika beliau menjelaskan bagaimana dasar-dasar keislaman, hingga sejarah awal munculnya islam di Nusantara hingga dunia.
Kekaguman terbesar adalah ketika beliau menjelaskan nasab seorang K.H Hasyim As'ary. Seorang ulama hebat dari Nusantara. Tak hanya itu, beliau juga hafal nasab dari Rasulallah Saw hingga ke Nabi Adam a.s. Beliau juga mengarahkan untuk jangan sampai kita melihat hal dari yang tampak saja, tetapi telusuri dahulu asbabun nuzulnya. Karena ketika hanya melihat sepotong akan memberikan pemahaman yang berneda dengan yang membaca dari asbabun nuzulnya. Sebuah sindiran halus untul kita yang lebih banyak membaca 300 karakter daripada membaca berlembar-lembar catatan.
Pertemuan yang dinanti sekian lama akhirnya berujung pertemuan. Malam itu, 26 Januari tepatnya malam sabtu beliau hadir dalam majelis di Islamic Centre Mataram NTB. Lelah akan perjalanan jauh dengan menempuh waktu 2 jam bukan lagi menjadi persoalan. Rindu yang telah lama terpendam tumpah ruah dalam satu majelis. Lelah bahkan menjadi nikmat, dinginnya hujan bahkan kalah akan hangatnya sebuah pertemuan.
Hal yang pertama kali terucap ketika menatap wajah beliau dari dekat "alhamdulillah Indonesia dan Islam dianugerahi seorang ulama yang cerdas serta bersahaja seperti Ustadz Adi Hidayat. Ditengah perpecahan umat dengan perbedaan pandangan, beliau hadir sebagai seorang penengah.
Setelah bertemu, sungguh kagum dengan sosok beliau. Bersahaja, cerdas, pandai bergurau tetapi gurauan yang berisi. Penjelasannya mudah dipahami, dan tentunya prnjelasannya detail hingga tidak ada yang tertinggal. Beliau juga tidak memberikan fatwa mengharamkan atau membid'ahkan sesuatu. Satu hal yang paling membekas adalah ucapan beliau dalam sebuah videonya, "segemuk-gemuknya ikan tetap punya tulang, dan sekurus-kurusnya ikan tetap punya isi". Begitulah perumpamaan kita, maka apapun yang disampaikan seseorang maka ambil yang baik dan tinggalkan yang tidak baik.
Begitulah pandangan sederhana saya tentang seorang sosok ulama bersahaja. Ustadz Adi Hidayat, dari Akhyar TV. Untuk ingin lebih tahu bagaimana beliau memberikan penjelasan beliau tentang islam dan muamalah. Semoga sedikit pandangan tentang beliau bisa sedikit memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan anda.
Mas Ilham sedang di NTB?
BalasHapusIya kang 😊😊😊 taanggal 15 sudah balik lagi ke JAWA
HapusWah... beruntungnya ya bisa bertemu ust Adi Hidayat, pasti banyak ilmu yang bisa diperoleh dari Beliau ^^
BalasHapussmoga pertemuannya bermanfaat yaa
BalasHapus