[Review Buku] Mengukir Sepenggal Kisah Dalam Kepak Cahaya
Ilhamsadli.com,- Mengukir Sepenggal Kisah Dalam Kepak Cahaya. Hai sahabat, sudah beberapa kali saya absen untuk mempublis artikel review buku. Padahal stok buku di rak banyak, bukannya berkurang yang belum dibaca tetapi kian hari kian bertambah. Alhamdulillah selalu ada rejeki buku dari orang-orang baik, namun sayang ternyata sibuk dengan dunia maya membuat saya pribadi kurang mengkonsumsi buku-buku tersebut. Alhasil banyak yang masih terbungkus rapi, bahkan belum diberikan label pemilik bukunya.
Tapi insyaAllah, beberapa artikel kedepannya akan mulai banyak membahas mengenai review buku dari bebebrapa barisan buku di rak. Dan untuk kali ini semoga review buku kepak cahaya ini menjadi sebuah awal yang bagus untuk saya pribadi mulai banyak membaca buku daripada membaca status. Karena sejauh ini saya sadar, bahwa tulisan masih stagnan dalam kondisi ini karena kurangnya mengkonsumsi buku dan kosakata yang kesimpan sudah sedikit agak membosankan.
Review Buku Kepak Cahaya Dari Sudut Pandang Penulis Pemula
Alhamdulillah saya sangat merasa bersyukur berada dan mengenal orang-orang hebat dan inspiratif. Mereka yang tidak berhenti berkarya bahkan bisa dibilang sangat produktif. Sebagai seorang penulis pemula yang tidak tahu apa-apa, merasa sangat special ketika dijapri orang yang hebat seperti beliau. Ya, siapa lagi kalau bukan Rafif Amir. Saya banyak belajar dari beliau, mungkin tidak secara langsung tetapi secara tidak langsung. Bagaimana beliau menjadi seorang pemimpin dalam organisasi, memotivasi anggotanya, bahkan membuat gebrakan-gebrakan baru untuk memancing semua orang ikut produktif.
Special sekali rasanya, bisa membaca kisah beliau yang terukir rapi dalam rangkaian kata penuh makna. Dalam bait-bait puisinya, dalam pemilihan kata, bahkan hingga rasa yang ingin dimunculkan. Saya tidak terlalu pandai menilai sebuah buku, puisi, cerpen atau apalah itu. Tetapi, dalam setiap kata tentulah tersirat sebuah makna dan hal itu saya temukan dalam kumpulan puisi Kepak Cahaya.
Dalam kumpulan puisi ini, banyak hal yang saya temukan. Kisah perjuangan, cinta, hingga sebuah renungan. Banyak sekali kosakata baru yang saya dapatkan setelah membaca kumpulan puisi ini, dan sekali lagi buku seperti ini membuatku ingin menguak masa lalu. Terutama dimana setiap hari-hari dipenuhi puisi, dan sebuah kisah terpatatri dalam setiap incinya. Saya hanya bisa bilang bahwa dalam setiap kata terkandung makna dan renungan yang mendalam, bahkan ada beberapa puisi yang ingin sekali saya bacakan dalam sebuah musikalisasi puisi, tapi harus izin dulu sama yang punya, hehehe.
Deskripsi Kumpulan Cerpen Kepak Cahaya
Oh ya sobat, buku kumpulan cerpen Kepak Cahaya yang saya rangkum dalam review buku ini diterbitkan bulan Februari 2019 lalu oleh Penerbit Satoe dengan jumlah halaman 181. Dan buku ini adalah buku kesekian dari karya Rafif Amir. Dalam buku Kepak Cahaya ini, ada 4 pembagian puisinya diaman ada Puisi Untuk Tuhan yang berisi renungan hingga proses pencarian cinta. Lalu ada puisi Untuk Cinta, kalau ini tidak perlu dijelaskan sobat pasti sudah tahu kemana arahnya. Ada juga puisi untuk Negara dan Bangsa dan terakhir puisi Untuk Keluarga dan Sahabat. Ada beberapa judul puisi yang saya pribadi menyukai dan menikmatinya, diantaranya adalah puisi berjudul “Ajarkan Aku Tuhan”, Kupinjam Hatimu Sayang”, “safa”.
Saya yakin, kalau sobat punya penilaian sendiri terhadap sebuah puisi. Tetapi kali ini saya akan merekomendasikan puisi ini, insyaAllah akan menginspirasi sobat sekalian untuk segera menerbitkan puisi sobat. Misalkan saja puisi yang satu ini, silakan tinggalkan dikolom komentar pendapat sobat sekalian.
Kupinjam Hatimu, Sayang
Kupinjam sedikit hatimu, sayang
untuk kutunjukkan pada kuncup bunga
agar ia mekar dan digagahi kumbang-kumbang
Kupunjam sedikit hatimu, sayang
untuk kubaca di malam petang
agar kamarku berkilauan
dan segera bisa kunyanyikan tembang-tembang
Kupinjam hatimu, sayang
sedikit saja
agar api padam
dan bumi yang dipenuhi perang ini
menjadi taman-taman
menjadi kamar-kamar pengantin
menjadi permadani-permadani Aladin
yang akan membawa kita
menyapa setiap manusia dengan senyum
Kupinjam hatimu, sayang
sedikit saja
kau tahu kita tidak aman di sini
bahkan masjid yang dulu
menjadi tempat kita menanam cinta
dihancurkan diledakkan
bahkan jikalau kita mati
kita masih diseret-seret
dipaksa menghadap tuhan
dengan membawa tumpukan sampah dosa
dan sederet daftar pinta
barangkali, sayang
sedikit hatimu bisa
meredam suasana
Kupinjam sedikit hatimu, sayang
untuk kulebur dalam sajak
dalam untaian kata yang semerbak
Masjid Al-Abror Situbondo, 20 April 2011
(Rafif Amir)
Belum ada Komentar untuk "[Review Buku] Mengukir Sepenggal Kisah Dalam Kepak Cahaya"
Posting Komentar