Mari Mencintai Bumi Dengan 3M Agar Kita Bisa Hidup Damai
Ilhamsadli.com,- Pernah gak sih ngerasain bahwa beberapa pekan terakhir ini cuaca serasa panas. Bahkan ada yang sampai bilang di group bahwa “apa cuma aku yang ngerasa kalau panas banget hari ini? Apa aku kurang sehat ya?” Padahal sebenarnya memang suasana cuaca yang tidak stabil. Siang terasa begitu panas, bahkan malam juga masih terasa panasnya.
Tidak hanya di group whatsApp saja obrolan seperti ini, bahkan warga twitter yang memang sering sambat juga berkomentar mengenai hal ini. Lucunya lagi tweet-tweet mereka mengenai cuaca yang panas memang beda dari yang lain. Aku pribadi juga merasakan bahwa memang benar terasa panasnya, saking lucunya imajinasiku seperti ini “panasnya begini, kalau masak telur ceplok bisa mateng nih.” Ya memang cuacanya masih sama seperti biasa tetapi rasanya lebih panas saja.
Dari liputan6, disampaikan bahwa BMKG menyampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membenarkan suhu di Indonesia sedang tinggi alias panas. Namun, bukan disebabkan oleh gelombang panas.
BMKG menyebut, suhu panas yang terjadi belakangan ini akibat dari gerak semu matahari. "Suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya Gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya," (Liputan6.com)
Akibat Dari Perubahan Iklim Di Indonesia
Kita tahu bahwa memang Indonesia adalah negara dengan iklim tropis yang terkesan sejuk, namun pada akhirnya tidak demikian. Beberapa daerah yang memiliki suasana kota yang padat gedung serta kekurangan pepohonan terasa panas, sebut saja kota-kota besa seperti JaBoDeTaBek. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi kasus kebakaran hutan di Indonesia sudah mencapai 1.235 Hektare lahan di Riau di tahun 2021 (sipongi.menlhk.go.id) dan ini baru Riau, bagaimana daerah yang lain?
Sedih bukan? Pasti sedih karena memang hutan kita adalah jantung kehidupan, dimana menjadi sumber udara bersih, sumber kehidupan satwa, hingga sumber air bersih juga. Maka dari itu, sempat bahagia ketika pandemi melanda dan kebiasaan yang bisa menjadikan healing adalah berkebun. Artinya beberapa orang secara tidak langsung sudah mencintai Bumi dengan hal sederhana.
Kita mengetaui bahwa pohon mempunyai fungsi yang sangat penting dalam upaya meredam kenaikan gas rumah kaca penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim. Seperti halnya spons/busa, pohon menyerap karbondioksida yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan yang dilakukan manusia dan makhluk hidup lainnya. Fungsi pohon ini dijalankan dengan sangat masif oleh hutan. Jadi akan sangat disayangkan jika hutan terbakar, baik terbakarnya karena perubahan iklim atau karena ada oknum.
Indonesia merupakan negara yang sangat beruntung karena Indonesia memiliki wilayah hutan tropis yang sangat luas. Akan tetapi, sangat disayangkan, hutan di Indonesia terdegradasi akibat pembalakan liar, perambahan hutan, pengurangan kawasan hutan (deforestasi) untuk kepentingan pembangunan dan penggunaan lahan yang dilakukan dengan masif dan tidak didasarkan pada prinsip keberlanjutan. Hutan menjadi rusak dan tidak dapat lagi menyerap karbon dengan baik.
Jumlah hutan yang semakin menyusut ditambah dengan produksi emisi yang semakin banyak semakin membuat atmosfer bumi panas dan mempercepat terjadinya perubahan iklim. Pemerintah Indonesia mengambil tindakan untuk menanggulangi kerusakan hutan ini dengan mengajak masyarakat Indonesia menanam pohon.
Tidak hanya sekedar mengajak, pada tahun 2008, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden nomor 24 untuk menetapkan tanggal 28 November sebagai Hari Menanam Pohon Indonesia. Amanat Presiden pada saat pencanangan tersebut adalah setiap masyarakat Indonesia menanam minimal 1 pohon.
Tentang Mitigasi Perubahan Iklim
Perubahan iklim merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan berubahnya pola iklim dunia yang menimbulkan fenomena cuaca yang tidak menentu, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun. Dampak dari perubahan iklim, khususnya di sektor pertanian sangat memengaruhi waktu musim tanam yang terjadi 2 sampai 4 minggu sejak 5 tahun terakhir.
Hal ini mengakibatkan Penurunan produksi dan produktivitas, penurunan pangsa GDP sektor pertanian, fluktuasi harga produk pertanian, serta peningkatan jumlah penduduk yang berisiko kelaparan dan ketidakamanan pangan.
Perubahan iklim global akan mempengaruhi banyak hal, termasuk empat unsur iklim dan komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan pertanian, yaitu: (1) naiknya suhu udara yang juga berdampak terhadap unsur iklim lain, terutama kelembaban dan dinamika atmosfer, (2) berubahnya pola curah hujan, (3) makin meningkatnya intensitas kejadian iklim ekstrim (anomali iklim) seperti ElNino dan La-Nina, dan (4) naiknya permukaan air laut akibat pencairan gunung es di kutub utara. (Direktorat Pengelolaan Air, 2009).
Perubahan iklim global juga disebabkan oleh peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) akibat berbagai aktivitas yang mendorong peningkatan suhu bumi (Las, 2007). IPCC (2007) dalam Noordwijk (2008). Sisi lain pergeseran awal musim tanam terjadi 2 sampai 4 minggu sejak 5 tahun terakhir, bahkan beberapa daerah di Pantura awal musim tanam mundur 1 sampai 2 bulan (BLP 2009).
Laporan Dewan nasional Perubahan Iklim (DNPI, 2012), menyatakan bahwa sektor pertanian juga dapat mengasilkan jasa lingkungan dan berbagai fungsi lainnya seperti penyedia lapangan kerja sekitar 40% angkatan kerja Indonesia, penyumbang pertumbuhan ekonomi, dan menjaga ketahanan pangan. Menurut Irianto (2010) peningkatan luas sawah yang terkena banjir berbanding lurus dengan luas puso. Kondisi ini yang dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi padi (Boer, 2008 dalam Boer, 2010)
Solusi Agar Perubahan Iklim Ini Tidak Memberikan Efek Berkepanjangan
Sebagai seorang anak muda dan aktif di media sosial, kadang suka kesal melihat kebiasaan orang yang buang sampah sembarangan dan seterusnya. Ingin sebenarnya memberikan nasihat tapi rasa-rasanya belum pantas. Kebiasaan membuang sampah ini bukan budaya tapi penyakit, karena tidak hanya merusak lingkungan tetapi bisa saja merusak eksosistem.
Beberapa kali ke tempat wisata, hampir 90% akan menemukan tumpukan sampah atau sampah yang berserakan. Tempat wisata yang awalnya asri malah menjadi rusak. Ya Allah, kapan manusia bisa berubah menjadi lebih baik jika begini. Termasuk kemarin di tempat yang viral di daerahku, ada yang namanya bukit menangis tetapi ternyata di bawah bukit itu dibuang banyak bekas makanan berupa plastik dan seterusnya.
3M Bisa Menjadi Solusi
Seperti yang pernah disampaikan oleh AA Gym bahwa perubahan itu bisa diperoleh dengan metode 3M. 3M ini adalah mulai dari hal yang kecil, mulai dari diri sendiri, dan mulai dari sekarangMulai Dari Hal yang Kecil
Kita tahu bahwa produksi plastik semakin banyak, namun tidak sejalan dengan kreatifitas seseorang dalam memanfaatkan sampah plastik untuk meminimalisir sampah plastik. Padahal sampah plastik juga masih ada yang bisa dimanfaatkan, baik untuk hiasan hingga untuk media tanam. Misalkan saja sampah botol plastik dijadikan sebagai media tanam. Atau hal kecil lainnya adalah mengurangi penggunaan botol plastik minum, cukup dengan menggunakan tumbler lebih praktis dan ramah lingkungan.
Hal yang kecil jika dilakukan oleh banyak orang bisa memberikan efek yang besar. Jadi jangan pernah memandang sebelah mata dengan melakukan kebaikan dari hal yang kecil, buktinya orang kelilipan bukan karena batu besar tetapi karena debu.
Mulai Dari Diri Sendiri
Solusi selanjutnya adalah memulainya dari diri sendiri, tidak perlu jauh-jauh. Aku pribadi mencoba membiasakan untuk selalu membuang sampah di tempat sampah, kadang kalau tidak menemukan tempat sampah maka sampahnya dibawa atau dikantongin terlebih dahulu. Kemudian nantinya akan dibuang di tempat sampah.
Dulu sekali, kebiasaan ini diajarkan ketika masih TK hingga SD. Dimana ketika akan memasuki kelas haruslah menyetorkan sampah terlebih dahulu ke tempat sampah baru boleh mencuci tangan kemudian masuk kelas. Kemudian diajarkan juga bahwa kamu keren ketika tidak membuang sampah sembarang atau menemukan sampah kemudian membuangnya ke tempat sampah.
Mulai Dari Sekarang
Kebiasaan baik dalam mengelola sampah ini pernah disampaikan oleh salah seorang narasumber webinar tentang sampah ketika itu. Bahwa kebiasaan sejak kecil untuk memisahkan sampah hingga menaruhnya di tempat yang semestinya akan terus terbawa hingga dewasa.Bahkan kebiasaan itu bisa lho diturunkan ke anak-anaknya. Tinggal bagaimana cara mengedukasi anak saja bahwanya membuang sampah sembarangan itu tidak keren.
Kalau tidak dimulai sekarang lalu kapan?
Kalau tidak dimulai dari hal yang kecil terus dari mana?
Kalau tidak berawal dari diri sendiri terus harus menunggu siapa?
Jangan pernah bilang bahwa “kalau orang lain bisa, kenapa harus saya?”
please! Hilangkan kalimat ini dari memorimu, karena kita yang sekarang adalah apa yang kita tuliskan dahulu.
Jika pada zaman kemerdekaan para pemuda berjuang menumpahkan darah, maka kita di zaman sekarang tidak perlu menumpahkan darah karena cukup dengan tidak membuang sampah sembarangan dan mengurangi sampah plastik, serta mengajarkan kebiasaan baik pada orang sekitar. Sudah saatnya pemuda bergerak...:
#MudaMudiBumi haruslah berani menjadi pelopor bukan hanya pengekor
#UntukmuBumiku dan untukmu negeriku haruslah tertanam dalam setiap nafas kita, jangan lagi menunda karena inilah #TimeforActionIndonesia dan mari kita wujudkan perubahan. Salam PEMUDA
Belum ada Komentar untuk "Mari Mencintai Bumi Dengan 3M Agar Kita Bisa Hidup Damai"
Posting Komentar