Penderita Kusta dan Disabilitas Dengan Stigma Masyarakat Hingga Identik Dengan Kemiskinan
Ilhamsadli.com,- Perkembangan teknologi dan informasi kian pesat, tapi tetap saja masih ada jebakan berupa stigma masyarakat. Stigma masyarakat ini banyak ditujukan kepada saudara kita penyandang disabilitas hingga orang yang pernah menderita kusta (OYPMK). Apalagi kusta ini yang menjadi permasalahan tidak hanya di Indonesia saja, karena penyakit menular ini memberikan stigma yang negatif bagi penderitanya di pandangan masyarakat.
Pada faktanya di lapangan, penemuan kasus kusta ini masih terbilang tinggi. Perubahan yang terlihat juga belum signifikan meskipun berbagai upaya telah dilakukan. Selain memang kesadaran serta kepedulian dengan penyakit menular satu ini, padahal bisa menyebabkan adanya cacat fisik jika dibiarkan atau terabaikan. Sadar atau tidak, di masyarakat sekitar kita atau mungkin juga kita yang baru saja tahu mengenai penyakit ini serta faktanya di lapangan.
Masih banyak sekali stigma negatif yang ditujukan kepada penderita kusta, penyandang disabilitas, orang yang pernah menderita kusta (OYPMK) ini, terlebih jika pribadi tersebut menjadi disabilitas karena kusta. Sadar atau tidak, percaya atau tidak, karena stigma negatif inilah kemudian saudar-saudara kita ini dibatasi ruang geraknya. Padahal mereka juga tidak pernah berharap akan terjadi demikian.
Kenapa Penderita Kusta, OYPM dan Disabilitas Identik Dengan Kemiskinan
Dengan stigma negatif masyarakat terhadap penderita kusta, penyandang disabilitas dan OYPMK inilah kemudian ada seperti garis pembatas. Karena mereka yang mendapatkan stigma negatif ini pada akhirnya dibatasi ruang geraknya sehingga tidak bisa ikut kontribusi hingga beraktivitas sosial. Saya sendiri punya beberapa teman yang disabilitas, dan memang mengakui bahwa ketika ikut event atau sejenisnya selalu merasa diistimewakan seakan ia tidak bisa maksimal melakukannya. Padahal menurut pandangannya beliau sendiri, sungguh besar sebuah keinginan untuk diperlakukan seperti layaknya orang normal lainnya.
Mungkin di kota-kota besar masih tidak terlalu terlihat, akan tetapi bagaimana dengan di daerah yang tertinggal atau tidak adanya fasilitas untuk perolehan informasi. Pada akhirnya mereka merasakan adanya pengkotak-kotakan dengan susahnya mendapatkan akses pendidikan, bekerja, modal usaha bahkan ke beberapa hal lainnya.
Dari cerita teman inilah yang kemudian membuat saya tertarik ikut menonton live streaming NLR Indonesia dan KBR dengan tema “Kusta dan Disabilitas Identik dengan Kemiskinan, Benarkah?” Kemudian sebuah fakta disebutkan dalam webinar live streaming tersebut yang dinyatakan oleh ibu Dwi Rahayuningsih seorang Perencana Ahli Muda Direktorat Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian ppn/Bappenas sebagai salah satu pemateri dalam obrolan ini menyebut ada sekitar 6,2 juta jiwa atau 2,3% penduduk Indonesia adalah penyandang disabilitas sedang maupun berat.
Di sisi lain juga, ada data bahwa tingkat kemiskinan masyarakat Indonesia ternyata menunjukan bahwa kemiskinan ini banyak dialami oleh penyandang disabilitas baik fisik maupun karena kusta di angka 15.26%. Dari temuan data inilah kemudian bapak Sunarman Sukamto seorang Tenaga Ahli Kedeputian V Kantor Staf Presiden menyampaikan bahwa pemerintah sedang terus berupaya melakukan pemetaan serta mengeliminasi penderita kusta dan disabilitas. Karena ini menjadi langkah strategis bagi pemerintah untuk merencanakan bagaimana tindakan yang harus diambil. Termasuk untuk urusan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan.
Langkah Yang Sudah Dilakukan Pemerintah Guna Mengurangi Angka Kemiskinan karena OYPMK atau Disablitas
Beberapa langkah sudah dilakukan oleh pemerintah melalui Kantor Staf Presiden (KSP) dan Bappenas terus melakukan upaya mengentaskan kemiskinan dengan mulai mengambil langkah strategis. Misalkan melalui Dinas Kesehatan, Departemen Ketenagakerjaan dan beberapa sektor terkait.
Selain menunggu keputusan serta kebijakan dari pemerintah, tentu yang perlu dilakukan oleh penyandang disabilitas adalah dengan mulai merambah dunia content creative. Salah satu bukti nyata adalah mulai bermunculannya teman-teman disabilitas di media sosial dengan dukungan penuh oleh netizen. Sehingga dunia kreatif ini juga membuka peluang besar untuk semua orang, karena kreatif dan inovatif menjadi modal utamanya.
Bahkan alhamdulillahnya juga, beberapa teman yang saya kenal disabilitas tidak kalah kemampuannya dengan yang nondisabilitas. Misalkan beberapa teman yang saya kenal bisa dibilang sangat produktif menulis bahkan mencetak karyanya di media. Bahkan ada beberapa yang punya jabatan strategis di instanasi.
Artinya sebenarnya bisa dibilang kesempatan masih terbuka lebar, sehingga stigma yang mengatakan bahwa penderita kusta, OYPMK dan disabilitas identik dengan kemiskinan bisa dikesampingkan. Jadi selain aware, langkah lain yang bisa dilakukan adalah tetap menjaga daya tahan tubuh dengan memperhatikan apa yang di makan dan apa yang diminum. Tidak menutup kemungkinan penyakit itu datang dari apa yang masuk ke dalam tubuh melalui minuman, misalkan dari isi galon yang sering dikonsumsi.
Belum ada Komentar untuk "Penderita Kusta dan Disabilitas Dengan Stigma Masyarakat Hingga Identik Dengan Kemiskinan"
Posting Komentar