Sudahi Ngeluhmu, Mari Bergerak Lindungi Lahan Gambut Bersamaku
Ilhamsadli.com,- Siapa yang beberapa bulan terakhir ini sering mengeluhkan cuaca yang tidak menentu, kadang panas banget kadang dingin banget. Di rumahku, yang biasanya suhunya stabil antara 15 – 23 derajat saja sekarang sudah tembus hingga 30 derajat. Bahkan teori geografi yang diajarkan di SMP dahulu mengenai musim kemarau dan musim penghujan sudah tidak bisa lagi dijadikan acuan.
Sekarang, sudah seperti tidak ada musim hujan atau kemarau karena masih sering kita jumpai hujan di musim kemarau atau panas menyengat di musim penghujan. Hal ini kalau dalam istilah yang disebutkan adalah efek jangka panjang dari global warming. Kadang terjadi juga kemarau yang panjang dan panas yang berlebih sehingga lahan yang kering sangat mudah terbakar (meskipun ini hanya persentase kecil penyebabnya, karena persentase yang besar berasal dari tindakan oknum tidak bertanggung jawab).
Kejadian kebakaran hutan di Hawai sangat ramai di media sosial, karena tidak hanya melahap hutan tetapi juga ada korban jiwa. Dan pastinya kita berharap hal ini tidak terjadi di Indonesia. Karena akan sangat disayangkan apabila pada akhirnya kita kehilangan lahan gambut yang menjadi sumber dari banyak hal termasuk mata pencaharian masyarakat adat dan tempat hidupnya satwa endemik. Lahan gambut yang tetap asri tentu menjadi tameng kita ketika di tahun ini ramai tentang El Nino dan La Nina.
Apa Itu El Nino dan La Nina?
Menurut beberapa refrensi, El Nino dan La Nina ini meruapakan gejala yang menunjukkan adanya perubahan iklim di Bumi. Dan bisa jadi penyebab dari apa yang selama ini kita keluhkan adalah dua fenomena ini. El Nino yang meruapakan kejadian di mana suhu air laut yang ada di Samudra Pasifik memanas di atas rata-rata suhu normal. Angin pasat yang lebih lemah menyebabkan air hangat kembali mengalir ke Amerika, sehingga lebih sedikit air dingin naik ke permukaan.
Sedangkan La Nina adalah peristiwa turunnya suhu air laut di Samudera Pasifik di bawah suhu rata rata sekitarnya. Angin berhembus lebih kencang dari biasanya di sepanjang Khatulistiwa di atas Samudra Pasifik, dari Amerika Selatan menuju Asia. "Angin pasat" ini membuat air hangat berkumpul di lepas pantai Asia, sehingga menaikkan permukaan air laut. Sementara di sisi timur, dekat Amerika, kondisi itu menyebabkan air dingin naik ke permukaan.
Apa Pengaruh El Nino dan La Nina di Indonesia?
Salah satu keresahan yang perlu diwaspadai di tahun ini adalah apabila anomali cuaca El Nino dengan akibat kemarau berkepanjangan bisa menjadi pemicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Dilansir dari kompas.com, hingga mei 2023 lalu sebanyak 28.020 hektar hutan dan lahan di seluruh wilayah Indonesia mengalami kebakaran.
Berdasarkan sistem pelaporan karhutla (Sipongi), luas hutan dan lahan yang terbakar hingga Mei 2023 mencapai 28.020 hektar (ha). Wilayah dengan luas karhutla terbesar yakni Nusa Tenggara Timur (5.211 ha), disusul Kalimantan Barat (4.172 ha), Lampung (2.272 ha), Sulawesi Tenggara (1.961 ha), Maluku (1.953 ha), dan Riau (1.860 ha).
Secara detail Pantau Gambut menyampaikan bahwa ancaman karhutla pada KHG tahun 2023 menjadi permasalahan serius karena Pantau Gambut menemukan bahwa 2,5 juta hektare lahan gambut dalam KHG di Indonesia berada pada kerentanan kelas tinggi. Dengan kata lain, kerusakan lahan gambut secara ekstrem yang diikuti oleh pelepasan emisi dan zat-zat kimia ke atmosfer akan membahayakan seluruh tatanan ekologi dan sosial di bumi.
Lalu Apakah Hutan Gambut Memberikan Peran Besar?
Mengacu dari kejadian karhutla yang kemduian lokasi ini dijadikan sebagai alih fungsi lahan, seperti contoh proyek untuk cadangan pangan yang pada akhirnya “MANGKRAK”. Dari sinilah kemudian muncul lingkaran setan alih fungsi lahan yang pada akhirnya tidak membuahkan hasil positif, malah memberikan efek negatif pada menyumbang emisi karbon. Padahal sebenarnya lahan gambut yang dimanfaatkan serta dirawat dengan baik akan memberikan hal baik juga.
Seperti yang disampaikan oleh ka Ola Abas dalam Online ghatering Eco Blogger Squad 11 Agustus 2023 kemarin, bahwa sedikit tidaknya ada 4 peran penting lahan gambut yaitu:
Mengurangi Dampak Bencana Banjir dan Kemarau
Lahan gambut memiliki daya serap seperti spons, karakteristiknya bisa menyerap air sampai 6 kali lipat berat keringnya itu kan berarti fungsi sarapan airnya. Kalau diibaratkan maka, fungsinya seperti tandon air pada saat musim hujan dengan menyerap dan menyipan air. Kemudian pada saat musim kering dia pelan-pelan melepaskan air itu ke sumber-sumber air di sekitarnya.
Apabila lahannya masih bagus nantinya akan membantu mengurangi dampak bencana banjir dan kemarau panjang. Karena kalau lahan gambut rusak, tentu tidak ada penyerapan air maksimal dan bencara banjir hingga longsor menjadi ancaman. Bahkan efek buruknya lagi adalah sangat rentan dengan api, karena kondisinya yang kering.
Menunjang Perekonomian Masyarakat Lokal
Keanekaragaman hayati di hutan gambut yang bisa menjadi sumber pendapatan masyarakat sekitar serta nebjadi habitat untuk perlindungan banyak flora dan fauna ya terutama yang langka bahkan endemik.Bayangkan saja apabila dialihfungsikan, selain memberikan emisi karbon juga menjadi merusak lingkungan tempat tinggal flora dan fauna.
Pada Ghatering sebelumnya bersama salah satu perwakilan masyarakat adat menyatakan bahwa ada banyak hal yang diberikan alam. Termasuk bagaimana alam yang asri memberikan sumbangsih sebagai lahan hidup masyarakat sekitar. Bahkan secara tidak langsung menyumbang udara bersih untuk kawasan perkotaan.
Habitat Perlindungan Keanekaragaman Hayati
Karena memang lahan gambut
menjadi tempat untuk flora dan fauna endemik hingga langka tinggal serta
tumbuh. Terlebih lagi banyak flora yang berguna untuk masyarakat dan dibudidaya.
Sedangkan faunanya sendiri berada pada titik menjaga keseimbangan alam dan
rantai makanan. Kalau habitat mereka sudah dirusak, tentu mereka akan mulai
berpindah ke pemukiman atau bahkan punah. Betapa ruginya apabila hal ini
terjadi.
Menjaga Perubahan Iklim
For your information, lahan
gambut ini menyimpan cadangan karbon yang besar. Selain itu sebuah fakta
menarik lagi bahwa sebenarnya lahan gambut ini menyimpan karbon dua kali lipat
dari hutan di seluruh dunia. Kalau lahan gambut terbakar dan tidak lagi ada
karena alih fungsi lahan, maka karbon yang disimpan dalam lahan gambut akan
terlepas ke udara sehingga menghasilkan emisi karbon.
Kalau Tinggal Jauh dari Hutan, Kudu Ngapain?
Gambut yang terbakar melepaskan asap menyesakkan dan emisi
gas rumah kaca yang jauh lebih banyak dibandingkan lahan biasa. Pada 2019,
kebakaran gambut di Pulau Sumatera dan Kalimantan menyebabkan 900 ribu orang
mengalami gangguan pernapasan dan kerugian hingga US$ 5,2 miliar. Jangan sampai
kejadian ini terjadi berulang, seakan kita tidak pernah belajar dari
pengalaman.
Apakah Lahan Gambut harus Tetap Basah?
Oleh karenanya, sebenarnya lahan gambut haruslah tetap basah.
Karena sudah seharusnya gambut ini terdiri dari dedaunan busuk serta bahan
organik lainnya yang semestinya tetap dalam kondisi basah. Sekarang ini, lahan
yang rusak akibat perkebunan, pertambangan hingga karhutla membuat kawasan
gambut di Indonesia mengalami kekeringan.
Emang Kudu Ngapain?
Oleh karenanya, maka penting untuk kita semua tahu bahwa
perlu adanya upaya pencegahan karhutla ini. Karena memang mencegah ini lebih
ringan daripada harus mengobati. Apalagi memang tindakan penanganan yang paling
efektif adalah dengan melakukan pencegahan terjadinya kebakaran hingga mulainya
diperhatikan kebijakan untuk penggunaan lahan. Upaya pencegahan ini bisa dengan
sosialisasi bahaya dari kebakaran hutan dan lahan.
Hal kedua yang perlu dilakukan adalah dengan pemadaman
apabila sudah ada kasus karhutla. Proses pemadaman ini biasanya dilakukan
dengan pembuatan sekat bakar (jalur yang dibersihkan dari bahan bakaran yang
sengaja dibuat, kemudian dilanjutkan dengan pemadaman secara manual, water
bombing hingga memanfaatkan teknologi modifikasi cuaca (TMC).
Hal ketiga adalah langkah untuk penanganan pasca kebakaran
yang terjadi. Dan yang seharusnya dilakukan adalah melakukan restorasi lahan
gambut.
Tantangan dan Yang Perlu dilakukan
Belum ada Komentar untuk "Sudahi Ngeluhmu, Mari Bergerak Lindungi Lahan Gambut Bersamaku"
Posting Komentar